Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Puasa Bagi Penderita TBC Wajib Tahu Ini!

105

Puasa di bulan ramadan adalah momen yang dinanti banyak orang, termasuk penyintas tuberkulosis (TBC). Namun, muncul pertanyaan penting, apakah penderita TBC boleh berpuasa? Jawabannya boleh, tetapi ada syarat dan hal-hal penting yang harus diperhatikan agar tidak mengganggu proses pengobatan dan pemulihan.

 TBC merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, menyerang terutama paru-paru, dan membutuhkan pengobatan jangka panjang minimal enam bulan. Selama proses penyembuhan, penderita TBC mengalami peningkatan kebutuhan energi dan nutrisi, karena tubuh harus bekerja keras melawan infeksi. Namun di sisi lain, penderita TBC sering mengalami penurunan nafsu makan, mual, cepat kenyang, dan berat badan yang menurun drastis.

 Kondisi ini bisa menjadi lingkaran setan, tubuh lemas karena kurang nutrisi, sistem imun menurun, infeksi semakin berat, dan pemulihan pun terhambat. Maka, pertimbangan untuk berpuasa perlu didiskusikan dengan cermat bersama dokter.

 Tidak semua penderita TBC disarankan untuk berpuasa. Mereka yang boleh berpuasa umumnya adalah:

  1. Sudah menjalani pengobatan TB dengan teratur minimal 2 bulan.

  2. Dalam kondisi tubuh yang stabil, tanpa komplikasi berat.

  3. Mampu mengatur konsumsi obat dan makanan saat sahur dan berbuka.

  4. Sudah mendapat persetujuan dari dokter yang merawat.

 Sebaliknya, penderita TB yang sebaiknya tidak berpuasa antara lain:

  1. Masih dalam tahap awal pengobatan (fase intensif).

  2. Mengalami komplikasi seperti anemia berat, gangguan elektrolit, atau kekurangan gizi akut.

  3. Berat badan terus turun atau tampak semakin lemas.

  4. Mengalami efek samping berat dari obat anti-TB (OAT).

 

Berikut tips penting bagi penyintas TB yang diizinkan berpuasa oleh dokter:

  1. Konsumsi Obat secara Teratur

 Obat anti-TB harus diminum tanpa putus agar efektivitasnya terjaga dan mencegah resistansi. Konsultasikan dengan dokter mengenai jadwal minum obat selama puasa. Umumnya obat dikonsumsi saat sahur atau berbuka dengan perut kosong, tergantung jenisnya.

  1. Makan dengan Gizi Seimbang

 Penderita TB memerlukan pola makan tinggi kalori dan tinggi protein, terutama untuk mendukung proses penyembuhan. Komposisi gizi seimbang saat sahur dan berbuka sangat krusial. Makanan yang dianjurkan antara lain, karbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum, kentang, dan singkong. Protein hewani dan nabati seperti ayam tanpa kulit, ikan, telur, daging tanpa lemak, tahu, dan tempe. Sayur dan buah seperti sumber vitamin dan mineral yang penting untuk daya tahan tubuh. Lemak sehat seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.

  1. Atur Pola Makan Saat Berbuka

 Jangan langsung menyantap makanan berat saat adzan maghrib. Ikuti pola berbuka yang aman mengawal dengan air putih dan buah seperti kurma. Beri jeda sejenak, misalnya dengan sholat maghrib kemudian lanjutkan dengan makan utama yang lengkap gizinya, namun mudah dicerna. Hindari gorengan, makanan pedas, asam, atau terlalu manis yang bisa memicu gangguan pencernaan. Sebaliknya, bisa memilih camilan sehat seperti yogurt, kacang-kacangan, atau smoothies buah saat malam hari.

  1. Cukupi Cairan dan Istirahat

 Kebutuhan cairan tetap harus terpenuhi meskipun hanya bisa minum saat malam hari. Targetkan minimal 8 gelas air putih per hari, dibagi antara buka puasa hingga sahur. Hindari minuman berkafein seperti kopi atau teh yang bersifat diuretik. Istirahat yang cukup juga penting untuk mendukung sistem imun. Kurangi aktivitas berat jika tubuh terasa lelah.

 Vitamin dan mineral yang mendukung imunitas seperti vitamin A, C, D, B kompleks, zat besi, seng, dan selenium sangat penting bagi penderita TBC. Jika tidak tercukupi dari makanan sehari-hari, suplemen bisa menjadi pilihan, namun harus sesuai anjuran dokter.

 Penderita TB perlu waspada jika muncul tanda-tanda berikut:

  1. Berat badan turun drastis selama puasa.

  2. Cepat lelah dan lemas.

  3. Nafsu makan semakin menurun.

  4. Timbul kembali gejala TBC seperti batuk, demam, atau nyeri dada.

 Jika ini terjadi, segera konsultasikan kembali ke dokter. Bisa jadi puasa perlu ditunda demi keselamatan.

 Puasa bukanlah hal yang mustahil bagi penyintas TB. Dengan pengobatan yang teratur, pengawasan medis, serta pola makan dan gaya hidup yang sehat, puasa tetap bisa dijalankan dengan aman. Kuncinya adalah konsultasi rutin dengan dokter, menjaga asupan gizi, serta mendengarkan sinyal tubuh.

Jadikan puasa bukan sekadar ibadah, tapi juga momen untuk hidup lebih sehat dan disiplin. Dan untuk para penyintas TBC di luar sana, tetap semangat, terus berjuang, dan jangan lupa jaga pola makanmu ya!

 

Artikel Sebelumnya
Aksi Nyata Percepatan Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia

RILIS KEMENTERIAN KESEHATAN


KALENDER KEGIATAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Jakarta Selatan 12950
Indonesia

Ikuti Kami:

© 2025