Makkah, 26 Juni 2024
Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo menegaskan komitmennya untuk tetap melayani jamaah haji non-reguler yang membutuhkan layanan kesehatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Liliek mengungkapkan, ada sekitar 20 jemaah haji non-reguler yang berobat ke KKHI selama periode puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armunza).
Liliek mengatakan hal tersebut saat menerima kunjungan Konsulat Jenderal Jeddah Yusron B Ambary di KKHI Makkah pada Selasa (26/6). Konjen Yusron B Ambary menerima laporan adanya beberapa jemaah haji non regular seperti furoda maupun jamaah haji visa ziarah datang ke klinik ini dibawa oleh aparat Saudi karena kondisi sakit.
“Jemaah haji non-regular banyak ditemukan setelah mereka bermasalah dengan kesehatannya, oleh aparat Saudi mereka dibawa ke KKHI,” tutur Liliek.
Hal ini karena aparat Saudi hanya mengenal KKHI sebagai fasilitas kesehatan khusus jemaah haji Indonesia. “Sehingga, setiap jemaah haji Indonesia yang sakit akan dibawa ke KKHI,” kata Liliek.
Penyebab sakit para jemaah haji non-reguler tersebut beragam, mulai dari kelelahan hingga penyakit bawaan seperti diabetes melitus dan jantung.
Liliek juga menjelaskan tentang seorang jemaah haji non-reguler yang dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi (RSAS) dengan identitas yang kurang jelas. Awalnya, jemaah tersebut ditolak di RSAS, kemudian dibawa dan dirawat di KKHI. Namun, karena kesadarannya yang mulai menurun, jemaah tersebut dirujuk kembali ke RSAS dan diterima dengan baik.
Menurut Yusron B Ambary, pengawasan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi terhadap KKHI sangat ketat. Hampir setiap hari, mereka melakukan kunjungan ke KKHI.
Jumlah kasus kematian jemaah haji secara keseluruhan pada 2023 mencapai 800 orang. Hal ini menjadi catatan bagi Pemerintah Arab Saudi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan haji.
Fasilitas kesehatan yang dimiliki Indonesia, seperti KKHI, sangat membantu pihak Arab Saudi dalam menangani jemaah haji yang sakit. Otoritas Arab Saudi terus memantau fasilitas ini untuk memastikan para jemaah yang sakit dapat tertangani dengan baik. Bagi jemaah dengan kondisi yang berat, rujukan ke RS setempat pun tidak mengalami kendala.
Pada kesempatan tersebut, Liliek menambahkan bahwa pada 2023, terdapat 238 jemaah haji yang mengikuti program safari wukuf. Untuk mengangkut mereka, disediakan 15 bus, dengan 6 bus di antaranya khusus untuk jemaah yang harus berbaring.
Tahun ini, jumlah jemaah haji yang mengikuti safari wukuf hanya 53 orang. Hal ini karena kondisi mereka yang tidak memungkinkan untuk berangkat bersama kloter.
“Alhamdulillah, pulang dari safari wukuf, jemaah tetap dirawat di KKHI dan dapat beristirahat dengan nyaman di ruang perawatan. Tidak seperti tahun lalu dengan kapasitas terbatas, terpaksa bed di ruang perawatan dirapatkan agar bisa muat banyak sampai meluber ke lobi, tahun lalu sampai 60 orang,” kata Liliek.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email [email protected] (sev)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid