Jeddah, 10 Juni 2025
Setelah menunaikan wajib dan rukun haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna)—fase yang paling menguras tenaga—Ketua Tim Asistensi PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan yang juga sebagai Dirjen SDM Kesehatan Kementerian Keseharan RI dr. Yuli Farianti, M.Epid., mengingatkan agar seluruh jemaah haji Indonesia membatasi aktivitas di luar ruangan.
Yuli menegaskan pembatasan aktivitas luar ruang penting untuk mencegah kelelahan berlebihan, disorientasi atau gangguan penyesuaian diri, hingga potensi ancaman serius seperti heatstroke akibat cuaca panas ekstrem di Arab Saudi.
“Pasca-Armuzna, tubuh jemaah memerlukan pemulihan yang optimal. Cuaca panas yang masih menyengat di Makkah dan Madinah menjadi faktor risiko yang tidak boleh diabaikan. Bahkan, menurut data real-time Tim Sanitasi KKHI Makkah hari ini, suhu tertinggi berada di kisaran 46 derajat Celsius. Ada risiko permasalahan kesehatan yang mengintai,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa memaksakan diri untuk terus beraktivitas di luar ruangan dalam kondisi tubuh yang rentan dapat berakibat fatal.
“Ada ancaman kesehatan seperti kelelahan fisik berlebihan, heatstroke, dan dehidrasi yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan kronis,” tambahnya.
Adapun gejala yang perlu diwaspadai saat beraktivitas di luar ruangan antara lain:
* Kelelahan berlebihan, seperti lemas, lesu, pusing, nyeri otot, dan sulit berkonsentrasi.
* Disorientasi atau gangguan penyesuaian diri, seperti kebingungan arah, lupa lokasi, perubahan suasana hati atau perilaku, kesulitan memahami instruksi—yang dapat diperparah oleh dehidrasi dan kelelahan.
* Heatstroke (serangan panas), yaitu kondisi berbahaya yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 40 derajat Celsius, kulit panas dan kering (meskipun kadang masih berkeringat), denyut nadi cepat dan kuat, sakit kepala parah, mual, muntah, kebingungan, hingga kehilangan kesadaran.
* Gangguan pada otot, tulang, dan persendian akibat berjalan kaki jauh, luka, atau terjatuh yang menyebabkan dislokasi hingga fraktur/patah tulang.
Merujuk pada beberapa informasi dari situs resmi Kementerian Agama, terdapat beberapa aktivitas yang perlu diwaspadai dan sebaiknya dibatasi, antara lain:
* Umrah sunah berulang kali. Meskipun berniat baik, melaksanakan umrah sunah berkali-kali dalam waktu berdekatan setelah Armuzna dapat menguras cadangan energi jemaah secara drastis, meningkatkan risiko dehidrasi dan kelelahan akut.
* Wisata ziarah berlebihan. Melakukan kunjungan ke berbagai tempat bersejarah yang memerlukan perjalanan panjang dan paparan matahari dapat memicu kelelahan fisik dan mental.
* Ibadah Shalat Arba’in di Masjid Nabawi, Madinah. Bagi jemaah yang melanjutkan perjalanan ke Madinah, saat melaksanakan ibadah shalat fardhu 40 waktu berturut-turut (Arba’in) di Masjid Nabawi, Yuli mengingatkan untuk tetap memperhatikan kondisi fisik.
“Fokuslah pada inti ibadah, dan manfaatkan waktu istirahat di penginapan. Jangan memaksakan diri untuk terus melakukan shalat di Masjid Nabawi jika tubuh tidak sanggup. Lakukan shalat berjamaah di masjid terdekat,” jelasnya.
Dirjen SDM Kesehatan juga membagikan beberapa tips kesehatan agar jemaah tetap bugar dan prima pasca puncak haji, di antaranya:
* Prioritaskan istirahat yang cukup. Tidur yang berkualitas sangat penting untuk pemulihan.
* Batasi aktivitas di luar ruangan. Hindari keluar dari penginapan antara pukul 10.00–16.00, saat suhu matahari paling terik. Jika harus keluar, gunakan alat pelindung diri (APD) seperti sandal/sepatu, payung, dan lainnya.
* Bijak dalam beribadah sunah. Pertimbangkan kondisi fisik sebelum memutuskan melakukan umrah sunah atau ibadah tambahan lainnya.
* Cermat dalam wisata ziarah. Jika harus berziarah, pilih waktu yang lebih sejuk (pagi atau sore), batasi durasinya, dan pastikan asupan cairan cukup.
* Tetap terhidrasi secara optimal. Minum air putih/zamzam sedikit demi sedikit hingga 2 liter (8 gelas) per hari, bahkan saat tidak merasa haus. Selalu bawa botol air. Konsumsi oralit atau jus buah yang kaya elektrolit.
* Perhatikan asupan makanan. Konsumsi makanan bergizi seimbang, jangan lewatkan waktu makan, dan hindari makanan yang terlalu pedas yang bisa memicu gangguan pencernaan.
* Saling mengawasi dan mendampingi. Jaga dan perhatikan jemaah lain, terutama lansia dan mereka dengan riwayat penyakit kronis. Jika ada tanda-tanda kelelahan, dehidrasi, atau disorientasi, segera bantu pindah ke tempat teduh dan laporkan kepada petugas kesehatan.
* Jangan ragu untuk melapor kepada petugas. Jika merasa tidak enak badan, segera sampaikan kepada Ketua Regu/Rombongan/Kloter atau petugas kesehatan terdekat. Jangan tunda penanganan kesehatan.
“Kami memohon kerja sama dan pengertian dari seluruh jemaah. Niat baik beribadah harus diimbangi dengan menjaga kesehatan diri. Ingat, kesehatan adalah modal utama agar haji kita diterima Allah SWT dan kita bisa kembali ke Tanah Air dengan selamat,” tutur Yuli.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected]. (DH/D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik
Aji Muhawarman, ST, MKM