Jakarta, 21 September 2022
Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin menyampaikan pentingnya komitmen setiap negara untuk mencapai eliminasi TBC di tahun 2030, termasuk Indonesia. Eliminasi tuberculosis (TBC) dapat dilakukan dengan menemukan dan mengobati pasien. Hal itu disampaikan pada Side Event Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang “Progress and multisectoral action towards achieving global targets to end TB”, yang diadakan di sela-sela sesi Majelis Umum PBB ke-77 di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (20/9).
Pada Tahun 2023, akan diadakan Pertemuan Tingkat Tinggi PBB 2023 tentang TBC yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Side Event TB ini merupakan langkah konkret Indonesia untuk mempersiapkan agenda Pertemuan Tingkat Tinggi PBB 2023 tentang TBC dan menunjukkan keseriusan serta kepemimpinan Indonesia dalam menanggulangi TBC di level nasional dan global.
“Komitmen tertuang dalam bentuk pendanaan dan perencanaan program untuk menemukan seluruh kasus dan mengobati seluruh pasien TBC yang ditemukan,” ujar Menkes Budi.
Keberhasilan dalam penanggulangan pandemi COVID-19 melalui testing (skrining pemeriksaan laboratorium) bisa dijadikan tolok ukur bagaimana meningkatkan cakupan pemeriksaan laboratorium TBC.
“Indonesia saat ini juga memegang kepemimpinan pada Presidensi G20 2022. Salah satu hal yang akan dilakukan ialah memberikan sorotan terhadap usaha Indonesia untuk mengakhiri TBC,” ungkap Menkes.
Berdasarkan hasil Side Event Health Working Group G20 pertama tentang TBC dokumen akan dikeluarkan berupa “Call to Action on Financing for TB Response”. Call to Action merupakan panggilan untuk bertindak, berusaha untuk mempromosikan pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan untuk respons TBC dan penelitian TBC melalui mekanisme multilateral, bilateral, dan domestik.
Komitmen Indonesia dalam penanggulangan TBC merupakan perwujudan agenda transformasi kesehatan yang tengah Kemkes lakukan. terutama dalam 3 pillar yaitu pilar transformasi layanan primer, bertujuan untuk meningkatkan deteksi melalui testing dan skrining pemeriksaan laboratorium untuk TBC. Pada pilar transformasi layanan rujukan, diwujudkan melalui pengembangan stratifikasi layanan TBC. Sementara pada pilar transformasi teknologi kesehatan, diwujudkan melalui mengintensifkan pelacakan kasus TB, penelitian dan pengembangan TBC, terutama untuk vaksin TBC baru.
Sementara itu, Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan ada tiga langkah penting yang perlu dilakukan untuk mencapai eliminasi TBC, yaitu: pertama, mendesak negara-negara untuk mengintensifkan upaya untuk memulihkan layanan TBC. Kedua, perlu segera meningkatkan investasi untuk meningkatkan akses ke layanan pencegahan dan perawatan TBC. Ketiga, Meningkatkan pembiayaan publik domestik.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan bahwa TBC merupakan major crisis, maka telah dibuat TBC recovery plan sebagai salah satu langkah praktik. French Ambassador for Global Health Stéphanie Seydoux, menekankan akan pentingnya kolaborasi, komitmen, dan waktu dalam penanggulangan TBC.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected] (D2/NI).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid