Jakarta, 30 November 2023
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memimpin sidang senat terbuka dalam rangka pengukuhan guru besar di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) pada Rabu (30/11/2023). Dalam sambutannya, Menkes Budi menyampaikan tiga pesan kepada profesor yang baru dilantik dan jajaran direksi di Poltekkes Kemenkes di seluruh Indonesia.
“Saya titip dan minta tugas yang harus dilakukan oleh Poltekkes di seluruh Indonesia ada tiga,” kata Menkes Budi.
Pertama, Menkes Budi berpesan kepada Poltekkes Kemenkes agar mampu memberikan manfaat kepada mahasiswa didiknya sekaligus memberikan pembelajaran terbaik. Menkes menceritakan pengalamannya ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri dan bertemu para perawat dari Indonesia. Pada kunjungan tersebut, Menkes bertanya kepada para perawat, apakah ada yang lulusan dari Poltekkes Kemenkes dan apabila tidak ada maka Menkes merasa sedih karena berarti program studi keperawatan di Poltekkes belum diakui dunia.
Menkes menambahkan, ia juga mengajukan pertanyaan serupa saat melakukan peresmian rumah sakit dan memiliki kesempatan berdiskusi dengan para tenaga kesehatan dan tenaga medis. Menurut Menkes, indikator Poltekkes sudah memberikan yang terbaik kepada mahasiswanya dapat dilihat dari jumlah lulusan yang bekerja di tempat terbaik.
“Jadi mengukurnya gampang, kita lihat institusi terbaik, rumah sakit terbaik, ada lulusan poltekkes atau tidak? Kalau ada berarti Poltekkes sudah baik bagi murid-muridnya,” sebut Menkes.
Kedua, Menkes Budi berpesan kepada Poltekkes agar mampu memberikan manfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Tolak ukur manfaat ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan di sekitar Poltekkes, apakah sudah terpenuhi atau masih kurang. Misalnya, apabila masih ada kekurangan tenaga kesehatan di Puskesmas maka Poltekkes harus bisa hadir memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
“Sebaik apapun penelitian kita tapi kalau bidan atau tenaga laboratorium di Puskesmas sekitar kita tidak lengkap, berarti kita lupa apa tugas kita di Poltekkes ini. Kita harus berbuat baik bagi masyarakat di sekitar kita, harus bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kita,” tutur Menkes.
Ketiga, Menkes Budi berharap agar Poltekkes bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu, Menkes berharap agar Poltekkes melakukan riset yang bersifat riset kebijakan (policy research) maupun riset implementasi (implementation research). Dengan demikian, kata Menkes, ada data ilmiah untuk mengetahui apakah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan telah bermanfaat bagi masyarakat atau tidak.
Menkes mencontohkan, data terbaru WHO menyebutkan estimasi angka penderita TBC di Indonesia mencapai satu juta orang. Padahal, Kementerian Kesehatan sudah melakukan banyak upaya seperti skrining secara masif dan mendatangkan mobil x-ray. Selain itu, pengobatan standar untuk pasien Tuberkulosis Resisten Obat juga sudah diubah dari 20 bulan menjadi 6 bulan. Upaya-upaya itu perlu diteliti untuk mengetahui apakah memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia.
Menkes juga menyebutkan program-program lain yang dapat diteliti untuk mengetahui apakah memberikan hasil yang baik bagi masyarakat Indonesia seperti imunisasi Human papillomavirus (HPV) dan perubahan metode pemeriksaan atau skrining kanker serviks dari pap smear menjadi tes HPV DNA.
“Jadi kebijakan-kebijakan yang kita bikin diteliti secara ilmiah, apakah benar-benar bermanfaat bagi rakyat atau tidak. Jadi tugas dari poltekkes bukan hanya bermanfaat bagi murid-muridnya, bukan hanya bagi masyarakat sekitar, tapi juga bermanfaat bagi seluruh Indonesia,” imbuh Menkes.
Lebih lanjut, Menkes Budi juga menyampaikan pesan kepada para profesor yang baru dilantik agar memahami esensi status guru besar, yaitu mengajar. Selain itu, Menkes mengatakan, profesor harus berkontribusi kepada masyarakat dan melakukan penelitian yang dapat memberikan manfaat.
“Lakukanlah penelitian-penelitian yang memberikan manfaat bagi masyarakat, lakukan pengajaran yang mendidik masyarakat untuk kesehatan. Yuk, kita buat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat kita,” ujar Menkes.
Ada enam orang yang dikukuhkan sebagai profesor pada sidang senat terbuka dalam rangka pengukuhan guru besar di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan, yakni:
Prof. Dr. Ir. Trina Astuti, MPS. Guru besar di bidang ilmu gizi pada Poltekkes Kemenkes Jakarta 2.
Prof. Dr. Rita Benya Adriani, S.Kp., M.Kes. Guru besar di bidang ilmu keperawatan pada Poltekkes Kemenkes Surakarta.
Prof. Dr. Suprajitno, S.Kp., M.Kes. Guru besar Guru besar di bidang ilmu keperawatan pada Poltekkes Kemenkes Malang.
Prof. Dr. H. Marsum, BE., S.Pd., MHP. Guru besar di bidang ilmu kesehatan masyarakat pada Poltekkes Kemenkes Semarang.
Prof. Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. Guru besar di bidang ilmu kesehatan masyarakat pada Poltekkes Kemenkes Medan.
Prof. Dr. Sri Indra Tri Gunarso, SKM., M.Kes. Guru besar di bidang ilmu kesehatan lingkungan pada Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email kontak@kemkes.go.id.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid