Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Upaya Kemenkes Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19

Jakarta, 9 Juli 2021

Lonjakan kasus konfirmasi COVID-19 dan peningkatan kasus rawat inap terjadi di banyak daerah. Dalam menghadapi lonjakan kasus tersebut, Kementerian Kesehatan melalukan sejumlah upaya mulai dari konversi tempat tidur, membangun RS Cadangan Asrama Haji, telemedicine, memastikan ketersediaan oxigen dan obat terapi COVID-19.

Pemerintah telah menyiapkan tempat tidur sebanyak 30% dari keseluruhan tempat tidur di seluruh rumah sakit untuk perawatan COVID-19. Namun bagi beberapa wilayah, seperti di pulau Jawa, keterpakaian tempat tidur sudah hampir mencapai kapasitas rumah sakit.

Untuk mengatasinya pemerintah mengonversi tempat tidur salah satunya mengubah ruang IGD menjadi tempat perawatan pasien COVID-19. Sementara untuk IGD nya dibangun di luar gedung rumah sakit dengan bekerja sama dengan BNPB.

Tak sampai di situ, pemerintah ‘menyulap’ Asrama Haji Pondok Gede menjadi RS Cadangan perawatan pasien COVID-19. Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan dibuatnya RS Cadangan itu untuk merespon lonjakan kasus aktif COVID-19 di Jakarta yang masih sangat tinggi dan berimbas pada ketersediaan tempat tidur di rumah sakit.

“Terutama untuk daerah-daerah di Provinsi DKI Jakarta, angka Bed Occupancy Rate nya hampir 90%. Maka pemerintah telah mengambil langkah nyata dengan menyiapkan Asrama Haji Pondok Gede sebagai RS Cadangan,” katanya.

Pemerintah telah melakukan renovasi kamar, tempat tidur, penyediaan alat kesehatan, maupun fasilitas pendukung medis dan non medis lainnya. Di Asrama Haji Pondok Gede akan ada 8 gedung yang sudah siap pakai, yang pertama adalah gedung Arafah untuk perawatan intensif, 2 gedung akan digunakan untuk asrama perawat, dan 5 gedung lainnya akan digunakan untuk perawatan pasien COVID-19 dengan gejala ringan – sedang.

Secara total, di Asrama Haji ini Pemerintah telah menyiapkan 860 tempat tidur isolasi, 50 ICU (Intensive Care Unit), dan 40 HCU (High Care Unit). 5 gedung yang telah disiapkan sebagai ruang perawatan bagi pasien COVID-19 dengan gejala sedang dan juga tersedia HCU di masing-masing gedung, adalah gedung A, B, C, H dan D5.  

“Kami kembali mengimbau kepada masyarakat untuk memastikan hanya pasien dengan gejala sedang dan berat atau kritis yang dirawat di rumah sakit. Adapun untuk pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala kami mengharapkan tetap melakukan isolasi mandiri di rumah atau melakukan isolasi di tempat-tempat yang sudah ditentukan pemerintah,” ucap dr. Nadia.

Untuk memudahkan pasien dengan gejala ringan yang sedang isolasi mandiri dapat berkonsultasi dengan dokter, pemerintah menyediakan layanan konsultasi online (telemedicine) gratis melalui salah satu dari 11 aplikasi yang sudah bekerja sama dengan Kemenkes.

Saat ini sudah ada 742 Lab yang terafiliasi dengan Kemenkes dan memasukkan data ke dalam National All Record  (NAR) secara real time. Dari data laporan tersebut, Kemenkes akan mengirimkan notifikasi dan kode untuk mengakses layanan telemedicine melalui Whatsapp.

Selanjutnya setelah mengakses layanan konsultasi telemedicine pasien juga akan bisa mendapatkan paket obat apabila sesuai dengan kebutuhannya gejala ringan.

“Dengan layanan tele konsultasi dan kalimat ini diharapkan semua pasien covid 19 akan mendapatkan layanannya disepakati waktu tanpa perlu mengantri di faskes badan kesehatan sehingga pelayanan rumah sakit dapat kita prioritaskan dengan pasien dengan gejala sedang dan berat maupun kritis,” kata dr. Nadia.

Selanjutnya, pemerintah juga menambah pasokan oksigen serta mengupayakan agar penyaluran ke daerah-daerah yang kasusnya lebih tinggi dipercepat. Kapasitas produksi oksigen di Indonesia pertahunnya mencapai 866.000 ton per tahun dengan utilisasi produksi pertahunnya 638.900 ribu, dimana 75% digunakan untuk industri dan hanya 25% yang dipakai medis.

“Kami telah mendapatkan komitmen dari Kementerian Perindustrian agar konversi gas industri ke oksigen medis diberikan sampai dengan 90%. Melalui konversi ini, maka jumlah oksigen yang bisa didapatkan untuk memenuhi kebutuhan nasional mencapai 575.000 ton. Untuk saat ini, kapasitas oksigen yang ada akan dimaksimalkan di 7 Provinsi di Jawa-Bali karena meningkatnya kasus COVID-19  sebanyak 6-8 kali lipat,” ujar dr. Nadia.

Sampai saat ini kebutuhan untuk mensuplai oksigen di Jawa-Bali sebanyak 2.262 ton. Berdasarkan data Kemenkes, saat ini total kebutuhan oksigen untuk perawatan intensif dan isolasi pasien COVID-19 mencapai 1.928 ton per hari.

Di sisi lain, pemerintah juga akan menjamin ketersediaan obat terapi COVID-19. Kementerian Kesehatan terus melakukan koordinasi rutin baik dengan industri farmasi maupun jejaring distribusinya untuk memonitor ketersediaan obat yang diperlukan.

Dalam hal terjadi hambatan suplai impor dari luar negeri, Kementerian Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan kementerian terkait untuk membantu menyelesaikan hambatan agar ketersediaan obat COVID-19 tetap aman.

Adapum ketersediaan obat terapi COVID-19 per 9 Juli 2021 antara lain ; Favipiravir sebanyak 3,2 juta, Remdesifir untuk injeksi sebanyak 11 ribu, Oseltamivir sebanyak 157 ribu, Azitromisin oral sebanyak 2,4 juta, azitromisin infus sebanyak 163 ribu, dan Tocilizumab infus sebanyak 543, Intravenous immunoglobulin sebanyak 7 ribu, dan ivermectin oral sebanyak 237 ribu.

“Ketersediaan obat-obatan untuk COVID-19 ini terus-menerus ditingkatkan dan ditambah produksinya untuk memastikan ketersediaannya di lapangan,” ujar dr. Nadia.

Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id (D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

drg. Widyawati, MKM