Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Yohei Sasakawa: Indonesia Punya Potensi Besar Jadi Percontohan Dunia dalam Eliminasi Kusta

81

Sampang, 8 Juli 2025

WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa, menegaskan komitmennya menjadikan Indonesia sebagai salah satu fokus utama dalam program Zero Kusta di dunia.

Menurutnya, Indonesia memiliki tantangan yang unik sekaligus peluang besar untuk menjadi contoh global dalam penghapusan kusta.

“Di Indonesia, ada lebih dari 17.000 pulau, dan mereka juga punya budaya serta sejarahnya sendiri. Jadi, itu salah satu tantangannya. Tapi kami sangat bersyukur dengan kehadiran Menteri Kesehatan ini, karena beliau mencoba membawa Zero Kusta dari negara ini dengan cara baru,” ujar Sasakawa.

Ia menekankan, dibandingkan penyakit lain, kusta sering kali tertinggal dalam prioritas pengendalian karena jumlah penderitanya relatif lebih kecil.

“Biasanya, kalau Menteri Kesehatan itu yang bersangkutan, mereka punya prioritas lain, seperti TB, malaria, atau HIV/AIDS. Dari segi jumlah pasien, kusta jauh lebih sedikit—dua digit atau tiga digit dibandingkan penyakit-penyakit lainnya,” jelasnya.

Meski demikian, Sasakawa menegaskan bahwa yang membuat kusta istimewa adalah dampak stigma dan diskriminasi yang tidak dialami oleh penyakit lain.

“Bahkan jika orang tersebut sembuh total dari kusta, mereka masih akan disebut sebagai pasien kusta. Anda mungkin tidak pernah mengatakan mantan pasien TB atau mantan pasien malaria,” kata Sasakawa.

Inilah yang membuat ia mendedikasikan lebih dari 50 tahun hidupnya untuk pemberantasan kusta.

“Ini satu-satunya penyakit yang juga disebutkan dalam Alkitab. Karena alasan-alasan tersebut, penyakit ini telah ditempatkan di bawah diskriminasi yang ditakuti—yang tidak ada pada penyakit lainnya,” imbuhnya.

Dalam upaya menghilangkan stigma, Sasakawa mendorong pendekatan yang melibatkan pemimpin agama dan lembaga pendidikan.

“Menteri Kesehatan saja tidak akan dapat mencapai Nol Kusta. Kami juga membutuhkan dukungan dari sekolah. Mereka harus bertanggung jawab untuk mencoba menemukan lesi kulit di antara anak-anak di tingkat sekolah. Dan kami juga membutuhkan dukungan dari para pemimpin agama karena mereka akan berperan penting menghilangkan diskriminasi dan stigmatisasi ini,” ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya dialog lintas agama untuk mendukung pemulihan martabat penyintas.

“Saya telah melakukan banyak pembicaraan dengan Paus dari Vatikan, sehingga kami dapat memperoleh bantuan dari para pemimpin agama. Kita perlu melakukan hal serupa juga kepada para pemimpin Muslim. Kita akan terus mendekati mereka untuk mendapatkan bantuan,” pungkas Sasakawa.

Kusta masih menjadi tantangan kesehatan di sejumlah wilayah Indonesia. Penyakit menular yang sering disalahpahami sebagai kutukan atau aib ini sebenarnya bisa disembuhkan bila ditemukan lebih awal.

Sayangnya, stigma membuat banyak orang terlambat berobat hingga akhirnya mengalami kecacatan yang sebetulnya bisa dicegah.

Dalam upaya menghapus stigma dan memastikan pengobatan kusta menjangkau semua lapisan masyarakat, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengunjungi Kabupaten Sampang, Madura. Daerah ini menjadi salah satu titik fokus program eliminasi kusta nasional karena memiliki angka kasus yang cukup tinggi.

“Di sini saya ingin memastikan tidak ada lagi orang yang merasa malu memeriksakan diri. Kusta bukan penyakit kutukan, bukan hukuman dari Tuhan. Ini penyakit menular yang bisa sembuh total,” kata Menkes Budi saat berdialog dengan warga.

“Kalau ditemukan cepat, enam bulan diobati bisa sembuh dan tidak menyebabkan cacat,” tambahnya.

Ia turut menyoroti kebiasaan lama yang kerap memisahkan penderita kusta dalam kawasan khusus yang dikenal sebagai kampung kusta.

“Kalau teman-teman pernah dengar kampung kusta, itu sebenarnya tidak terlalu tepat. Karena kusta setelah diobati dalam sebulan sudah tidak menular,” ujarnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected]. (AP/D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik

Aji Muhawarman, ST, MKM

Artikel Sebelumnya
'PDKT dengan Kumis Pak Kades': Inovasi Sampang Perangi Kusta hingga ke Desa

RILIS KEMENTERIAN KESEHATAN


KALENDER KEGIATAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Jakarta Selatan 12950
Indonesia

Ikuti Kami:

© 2025