Bali, 4 Desember 2024
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pentingnya diversifikasi produsen vaksin dan transfer teknologi dalam meningkatkan kapasitas produksi vaksin secara global. Dalam Gavi Board Meeting di Bali, Rabu (4/12), Menkes Budi mengungkapkan pelajaran penting yang didapat selama pandemi COVID-19, yaitu tidak boleh bergantung hanya pada satu produsen vaksin.
Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) adalah aliansi global yang bertujuan meningkatkan akses vaksin di negara-negara berkembang, terutama untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah. GAVI mendukung pengadaan vaksin dengan harga terjangkau, memperkuat sistem imunisasi, dan menyediakan bantuan teknis serta pendanaan bagi negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Selain itu, GAVI berkolaborasi dengan berbagai mitra global untuk memperluas cakupan imunisasi secara berkelanjutan dan inovatif, guna mengurangi angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin.
“Sebelumnya, Indonesia hanya memiliki satu produsen vaksin, yaitu Biofarma, namun dalam dua tahun terakhir, jumlah produsen vaksin di Indonesia telah meningkat menjadi tiga, dengan dua di antaranya berasal dari sektor swasta,” ujar Menkes Budi.
Selain itu, Indonesia juga berencana menambah satu lagi produsen vaksin dalam waktu dekat, sehingga total menjadi empat perusahaan. Dalam upayanya meningkatkan produksi vaksin, Indonesia juga melakukan transfer teknologi dari produsen vaksin global.
Salah satu contoh terbaru adalah kerja sama antara Merck Sharp Dohme (MSD) dan Biofarma untuk produksi vaksin HPV. Selain itu, Biofarma saat ini memproduksi vaksin polio yang didistribusikan ke 150 negara melalui program UNICEF.
“Kami juga mendorong Biofarma untuk segera mendapatkan sertifikasi WHO PQ (Prequalification), meskipun prosesnya panjang dan birokratis. Namun, dengan masukan kami, WHO mulai menyederhanakan proses tersebut. Hal ini penting untuk memastikan pasokan vaksin yang cukup di dunia demi mencegah bahaya pandemi berikutnya,” jelasnya.
Menkes Budi menambahkan, Indonesia juga berperan dalam mendukung transfer teknologi ke negara-negara berkembang. Salah satu contohnya adalah kerja sama Biofarma dengan Senegal untuk pengembangan kapasitas produksi vaksin di Afrika.
“Saya percaya kapasitas produksi vaksin tidak boleh terkonsentrasi hanya di negara-negara utara. Teknologi harus didistribusikan ke negara-negara selatan agar lebih banyak nyawa dapat diselamatkan. Pengetahuan ini harus dibagikan sebanyak mungkin kepada perusahaan lain,” tegas Menkes Budi.
Langkah ini, menurutnya, menjadi bagian dari komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama global dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (D2)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
Aji Muhawarman, ST, MKM