Jakarta, 26 November 2025
Pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) di sektor kesehatan terus berkembang, termasuk untuk deteksi dini tuberculosis (TBC). Namun, Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dante Saksono Harbuwono mengingatkan bahwa teknologi ini tidak boleh digunakan masyarakat sebagai alat diagnosis mandiri.
“Medical is combination between science and art. Jadi keputusan di bidang kedokteran itu tidak bisa diambil dari hanya satu sumber informasi saja,” ujar Prof. Dante dalam Dialog Multistakeholder Towards a Smart Governance di Kemenko PMK, Jakarta.
Kemenkes telah mengujicobakan AI melalui portable x-ray untuk mendeteksi TBC, termasuk pada orang tanpa gejala tetapi memiliki riwayat kontak erat. Teknologi ini dinilai membantu menemukan kasus tersembunyi lebih cepat.
“Banyak mereka yang tidak bergejala tapi punya kontak erat, dengan menggunakan artificial intelligence bisa dideteksi lebih awal,” jelasnya.
Meski demikian, ia menekankan bahwa hasil analisis AI tidak boleh dijadikan dasar pengobatan tanpa supervisi tenaga medis.
“Tidak semua informasi AI bisa diimplementasikan secara langsung oleh pasien. Ini harus ada regulasinya,” tegasnya.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected]. (D2/SK)
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik
Aji Muhawarman, ST, MKM