Makkah, 19 Juli 2022
“Pak, bangun pak”
“Pak, ayo bangun, mulih (pulang) pak ke Indonesia”
Bergantian, baik dokter maupun perawat membangunkan salah satu pasien tanazul yang seolah olah tidur, pada saat persiapan kepulangan. Namun yang bersangkutan tidak bergeming. Butuh waktu kurang lebih 90 menit bagi tim untuk bisa akhirnya membangunkan pasien.
“Bapak ini sedang malingering” ujar dokter spesialis kedokteran jiwa Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr. Endah Tri Lestari, Sp.KJ
Malingering, menurut dr. Endah bukanlah kondisi terkait fisik maupun psikologis yang sebenarnya, melainkan tindakan berpura-pura sakit yang memang sengaja dipalsukan untuk mendapatkan manfaat tertentu. Ini adalah murni dari hasil keinginan seseorang, bukan karena adanya kondisi medis atau psikologis yang perlu dikhawatirkan.
Pasien adalah jemaah haji asal embarkasi Surabaya yang mengikuti proses tanazul dan dipulangkan pada Senin, 18 Juli Pukul 19.15 Waktu Arab Saudi. Yang bersangkutan merupakan pasien psikiatri di KKHI Makkah.
Pasien dijadwalkan berangkat bersama tim pendamping tanazul pukul 13.15, enam jam sebelum waktu keberangkatan pesawat di 19.15. Tim kesehatan bandara memberikan waktu sampai pukul 15.00 bagi tim tanazul evakuasi KKHI untuk memastikan kondisi pasien transportable.
“Pasien tanazul dengan kondisi duduk, harus dibuktikan kalau beliau dalam kesadaran yang baik” ujar Penanggung Jawab Tanazul KKHI Makkah, dr. Itah Sri Utami, Sp.KP
Jika sampai waktu yang ditentukan, pasien tidak bergeming, maka yang bersangkutan akan dibatalkan tanazulnya, meski kondisi vitalnya terpantau baik.
Kondisi vital pasien sebelum keberangkatan terpantau baik, sampai sebelum waktu keberangkatan terus dilakukan pemeriksaan. Baik tensi, maupun saturasi oksigen. Pengecekan terhadap gula darah sewaktu juga baik, mengingat pasien memiliki komorbid diabetes melitus.
Pada pukul 14.20 pasien mau dibangunkan dan duduk sendiri. Akhirnya tim pendamping berangkat bersama yang bersangkutan pukul 14.24 waktu setempat dari KKHI Makkah menuju Bandara King Abdul Aziz (KIAA) Jeddah.
Tim pendamping terdiri dari satu orang dokter umum yaitu dr. Sasti Isana, satu perawat Soni Budiono, dan satu perawat jiwa Siti Aminah.
Tim pendamping dibekali dokumen yang dibutuhkan, mulai dari surat permohonan pencabutan paspor, resume medis, paspor pasien, serta surat jalan dari kepala Daerah Kerja, serta surat masuk atau surat izin bandara.
Tim juga dibekali dengan emergency kit jika dibutuhkan tindakan kegawatdaruratan selama proses pengiriman pasien ke Bandara.
“Dipastikan juga pasien dilengkapi dengan obat obatan yang dibutuhkan selama di perjalanan” tambahnya.
Kurang lebih selama satu setengah jam perjalanan, tim pendamping dan matsari tiba di bandara KIAA. Sekitar pukul 16.00 WAS, tim langsung disambut oleh tim kesehatan bandara untuk serah terima pasien beserta dokumen yang dibutuhkan.
Yang bersangkutan langsung dibawa ke pos kesehatan oktagon oleh tim kesehatan bandara. Karena kondisi pasien yang sempat merajuk setibanya di Bandara, tim pendamping, khususnya perawat jiwa tetap menemani.
“Di sini wae (saja), adem (dingin)” rajuknya, terduduk di trotoar setelah berjalan kurang dari 10 langkah setelah turun dari ambulans.
Setelah dibujuk, yang bersangkutan mau di papah untuk kemudian di bawa ke poskes oktagon. Setelah menunggu kurang lebih selama satu jam, jemaah kemudian di bawa ke ruang tunggu, untuk kemudian terbang pulang ke Indonesia pukul 19.15 waktu setempat.
Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (NI)
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
drg. Widyawati, MKM