Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Gizi Optimal untuk Generasi Milenial

Jakarta, 24 Januari 2020

Saat ini Indonesia mempunyai tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia. Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 25,7% remaja usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Selain itu terdapat 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun dengan kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5% pada remaja usia 16-18 tahun.

Berdasarkan baseline survey UNICEF pada tahun 2017, ditemukan adanya perubahan pola makan dan aktivitas fisik pada remaja. Sebagian besar remaja menggunakan waktu luang mereka untuk kegiatan tidak aktif, sepertiga remaja makan cemilan buatan pabrik atau makanan olahan, sedangkan sepertiga lainnya rutin mengonsumsi kue basah, roti basah, gorengan, kerupuk.

Perubahan gaya hidup juga terjadi dengan semakin terhubungnya remaja pada akses internet, sehingga remaja lebih banyak membuat pilihan mandiri. Pilihan yang dibuat seringkali kurang tepat sehingga secara tidak langsung menyebabkan masalah gizi.

Data sensus penduduk 2010, terdapat 45,1 juta jiwa remaja (usia 10-19 tahun) atau satu dari lima orang Indonesia adalah remaja. Konsekuensi masalah gizi pada remaja akan menyebabkan penurunan potensi akademik, penurunan kapasitas kerja dan produktivitas pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.

Masalah gizi, yaitu gizi kurang maupun gizi lebih, akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular. Bila masalah ini berlanjut hingga dewasa dan menikah akan berisiko mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya.

Sebagai contoh ibu anemia dan atau kurang energi kronik berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan, menderita penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung di kemudian hari. Selain itu, masalah gizi pada ibu hamil juga akan sangat mempengaruhi perkembangan otak anak, produktivitas dan kinerja di sekolah yang dapat berakibat mengurangi kemampuan untuk mendapatkan penghidupan yang layak di kemudian hari.

Gizi baik menjadi landasan setiap individu mencapai potensi maksimal yang dimiliki. Fenomena pertumbuhan pada remaja menuntut pemenuhan kebutuhan gizi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena gizi dan pertumbuhan merupakan hubungan integral.

Hal ini sejalan dengan arah pembangunan kesehatan saat ini yang menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Upaya tersebut dinilai dapat memberikan dampak kesehatan yang lebih luas dan lebih efisien dari sisi ekonomi.

Pengembangan sumberdaya manusia dalam pembangunan kesehatan yang berkelanjutan mutlak diperlukan. Salah satu komponen utamanya adalah melalui perbaikan gizi masyarakat, khususnya remaja.

Indonesia membutuhkan remaja yang produktif, kreatif, serta kritis demi kemajuan bangsa. Hal tersebut hanya dapat dicapai apabila remaja sehat dan berstatus gizi baik. Remaja sehat bukan hanya dilihat dari fisik tetapi juga kognitif, psikologis dan sosial.

Periode remaja merupakan windows of opportunity kedua yang sangat sensitif dalam menentukan kualitas hidup saat menjadi individu dewasa dan juga dalam menghasilkan generasi selanjutnya.

Perbaikan gizi pada remaja melalui intervensi gizi spesifik seperti pendidikan gizi, fortifikasi dan suplementasi serta penanganan penyakit penyerta bertujuan untuk meningkatkan status gizi remaja, memutus rantai inter-generasi masalah gizi, masalah penyakit tidak menular dan kemiskinan.

Upaya perbaikan gizi pada remaja yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor non kesehatan lainnya. Kolaborasi efektif dan berkesinambungan untuk mengidentifikasi langkah terobosan dalam mempercepat pencapaian sasaran peningkatan gizi masyarakat perlu ditingkatkan.

Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-60 harus dijadikan sebagai momentum menyebarluaskan informasi dan promosi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi yang optimal dalam pembangunan SDM yang berkualitas.

Meningkatkan pengetahuan dan peran aktif masyarakat khususnya generasi milenial tentang kesehatan dan gizi perlu dilakukan. Begitupun dengan meningkatkan peran media massa dalam kampanye gizi remaja sebagai salah satu upaya penanggulangan stunting, meningkatkan komitmen dan kerjasama antara pemerintah baik sektor kesehatan maupun non kesehatan di tingkat pusat, kabupaten/kota.

Puncak peringatan HGN ke-60 dilaksanakan melalui Workshop dan pameran pada tanggal 28 Januari 2020 di Kementerian Kesehatan RI. Acara workshop tersebut akan dihadiri oleh lintas program, lintas sektor, mitra pembangunan, organisasi profesi, organisasi sosial kemasyarakatan dan kepemudaan, dunia usaha dan media massa serta masyarakat luas.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.(D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
drg. Widyawati, MKM