Rabu, 24 Agustus 2022
Kekayaan sumber daya hayati Indonesia merupakan sumber daya yang potensial di bidang farmasi yang selama ini belum dimanfaatkan sepenuhnya. Besarnya ketergantungan industri farmasi nasional terhadap bahan baku impor merupakan tantangan tersendiri dalam mencapai ketahanan kesehatan nasional.
Demikian yang disampaikan Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, Apt, M.Pharm, MARS dalam Business Matching P4TO-PED dengan Industri dan Usaha bidang obat tradisional dan kosmetika, pada Rabu (24/8) di Bali.
Dirjen Dr. Rizka mengatakan keragaman hayati tanaman, mikroorganisme, dan biota laut berkolerasi langsung dengan keragaman kimia yang memiliki potensi yang sangat besar bagi pengembangan obat.
“Hal ini diharapkan dapat menjadi peluang untuk mengurangi impor bahan baku dan menghasilkan substitusinya terutama bagi bahan baku natural asli Indonesia,” ujar Dirjen Dr Rizka pada pembukaan Business Matching di Bali, Rabu (24/8).
Kementerian Kesehatan telah merintis pengembangan kemandirian bahan baku sediaan farmasi untuk mewujudkan kemandirian bahan baku natural. Rintisan ini dilakukan melalui fasilitasi peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) sejak tahun 2012 dan Pusat Ekstrak Daerah (PED) kepada 3 daerah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, hari ini dilaksanakan ‘Business Matching P4TO-PED dengan Industri dan Usaha bidang obat tradisional dan kosmetika’.
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dalam rangka mempertemukan lintas sektor meliputi industri sebagai produsen, akademisi sebagai sarana pusat penelitian, dan juga daerah penerima P4TO dan PED sebagai penyedia Bahan Baku Natural (BBN) terstandar agar dapat melakukan kerja sama yang potensial.
Output yang diharapkan yaitu terjadi sinergitas lintas sektor dalam penyediaan bahan baku maupun produk yang terstandar untuk mendukung kemandirian bahan baku natural. Kemudian outcome dari kegiatan ini diharapkan adanya kerja sama antara P4TO dan PED dengan industri dan usaha bidang obat tradisional dan kosmetika dalam penyediaan BBN terstandar.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada akademisi, peneliti, Industri dan manufaktur bidang obat tradisional dan kosmetika, praktisi di fasilitas pelayanan kesehatan serta Pemangku kepentingan lintas sektor terkait.
Peserta yang terlibat dalam business matching ini antara lain :
Daerah Penerima Fasilitasi Peralatan P4TO dan PED
1. P4TO-PED B2P2TOOT Tawangmangu
2. P4TO-PED Kota Pekalongan
3. P4TO Materia Medica Batu
4. P4TO Kabupaten Bondowoso
5. P4TO Bali (Kabupaten Karangasem, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Bangli)
6. P4TO Kalimantan Tengah
7. P4TO Kabupaten Bandung
8. P4TO Kabupaten Karanganyar
Pimpinan Industri (masing-masing perwakilan 1 orang)
1. PT. Bintang Toedjoe
2. PT. Dexa Medica
3. PT. Karya Oles Pak Tokcer
4. UD. Sariputra Abdi Makmur
5. Industri Kosmetika Pak Tokcer
6. UD. Padma Medikal Husada
7. CV. Tirta Usada
8. CV. Nadis Herbal
9. PT. Varash Indonesia Jaya
10. PT. Tamba Sanjiwani
11. PT. Kommit Sejahtera
12. PT. Vision Bali
13. UD. Kerta Bumi Herbal
14. PT. Mulia Ayurvedic Sanjiwani
15. UD. Sariputra Abdi Makmur
16. UD. Belog Tiwas
17. CV. Bulhar Bugar
18. PT. Nekhawa
19. PT. Bali Tangi
20. PT. Alam Puri
21. CV. Taru Bali
22. PT. Urban Asia Industri
23. PT. Supa Dupa Spice
24. PT. Mogie Taksu Sejahtera
25. CV. Boreh Bali
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected] (D2).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
drg. Widyawati, MKM