Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Memaksimalkan Peran Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)

Makkah, 22 Juli 2022

Sinergi antara Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) harus dibangun sejak awal edukasi kepada jemaah haji sejak masa tunggu. Kolaborasi antara pesan kesehatan dan edukasi ibadah haji diharapkan dapat mencapai tujuan haji sehat, mabrur dan berkah. Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Surveilans Arab Saudi, Profesor Rustika.

“Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), setelah terpilih, dengan KBIHU bersama untuk memberikan pembinaan kepada jemaah haji” ujar Prof Rustika Jumat (22/7)

Pembinaan kesehatan menjadi hal yang esensial dalam penyelenggaraan kesehatan haji. Untuk dapat menjalankan ibadah haji dengan sempurna, jemaah haji sewajarnya beribadah dalam kondisi terbaik. Sehingga, lanjut Prof Rustika, edukasi terkait dengan faktor risiko kesehatan sudah harus disampaikan sejak awal.

“Jadi bukan hanya outcomenya saja (menjadi haji) tapi juga proses untuk mencapai ibadah haji juga harus dijelaskan”, tambahnya.

Prof Rustika mencontohkan, jarak yang harus ditempuh untuk proses lontar jumrah dari pondokan sekitar 7 km (pulang pergi) ditempuh dengan berjalan kaki, dan dilakukan berulang. Sudah seharusnya dikomunikasikan kepada jemaah sejak awal, termasuk perlunya kesiapan fisik dan faktor risikonya.

Perlu adanya keseimbangan dalam pembinaan, pelayanan, dan perlindungan jemaah haji baik dari sisi agama maupun dari sisi kesehatan. Menurut Prof Rustika, dengan porsi pembinaan yang seimbang antara sisi agama dan kesehatan, kondisi kesehatan jemaah selama menjalankan Ibadah haji dapat tetap terjaga.

“Ada rambu-rambu yang jelas untuk kemampuan ibadah tiap-tiap jemaah” ujarnya.

Peran TKHI diharapkan tidak hanya memantau kondisi kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan pada jemaah di kloter. Melainkan juga memiliki fungsi untuk memberikan pertimbangan bagi jemaah, khususnya jemaah risiko tinggi untuk menjalankan ibadah sunnah, tambahnya.

Perlu adanya peran ekstra dari TKHI dalam pengawalan jemaah haji risti. Menjadi tantangan tersendiri, dimana KBIHU memiliki program yang bisa berbeda satu sama lain, yang terkadang tidak dikomunikasikan dengan petugas kesehatan, dan tidak sinkron dengan aturan yang sudah ditetapkan pemerintah.

“Misalnya kaya kemarin kita lempar jumroh, sudah ada aturan sore atau malam, diambil siang yang afdolnya, meski sudah di edukasi” ujar dr. ira Susanti, TKH Kloter JKG 29

Demikian pula yang dialami oleh TKH Kloter BTH 12, dr. Lisa Susanti. “Ada yang 6-7 kali umroh, dia batuk pilek kemudian balik lagi 3 hari kemudian dengan keluhan yang sama. Terakhir kita infus dengan demam tinggi. Jadi kita pasang infus, balik lagi kemudian abis umroh, dipasang infus lagi” ujar dr. Lisa

Harapannya, lanjut Prof Rustika, dengan adanya fungsi kontrol TKHI terhadap kondisi kesehatan jemaah haji, sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian pada jemaah haji ke depannya.

Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (NI)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
drg. Widyawati, MKM