Jakarta, 5 Mei 2023
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) kembali membuat terobosan baru dalam upaya peningkatan pelayanan jantung di Indonesia.
Terkini, tim dokter RSJPDHK melakukan tindakan intervensi terhadap dua pasien yang mengalami penyakit jantung dengan risiko tinggi dan berpotensi mengalami syok-kardiogenik.
Pasien pertama mengalami kondisi pompa yang rendah dan satu pembuluh darah hampir buntu, sementara pasien kedua mengalami penyempitan pada pangkal pembuluh darah.
Tindakan intervensi yang berlangsung pada Jumat, 5 Mei 2023 ini dinyatakan sukses. Kesuksesan tindakan ditandai dengan kondisi pasien pasca operasi yang stabil.
“Pasca tindakan kondisi pasien baik dan stabil, semua alat sudah dilepas, tidak pakai obat-obatan untuk menurunkan tensi, tidak ada alat yang melekat, pernapasan lega,” kata operator tindakan sekaligus ketua Kelompok Staf Medis Kegawatan Kardiovaskular dan Perawatan Intensif, Dr. dr. Dafsah Arifa Juzar, Sp. JP (K)
Meski kondisinya cenderung baik dan stabil, saat ini kedua pasien yang merupakan lansia berusia 70 tahun dan 64 tahun ini masih dibawah observasi tim dokter RSJPDHK. Bila dalam 24 jam kondisinya terus stabil, maka pasien bisa segera pulang.
dr. Dafsah menyebut tindakan intervensi ini merupakan yang pertama di Indonesia. Keberhasilan tindakan lanjutnya, selain karena kerja sama tim dokter juga berkat alat bantu baru yakni alat hemodinamik iVAC 2L.
Hemodinamik iVAC 2L sendiri merupakan alat yang di hadirkan untuk membantu menangani masalah jantung berisiko tinggi dan syok-kardiogenik. Pasien dengan kondisi ini biasanya memiliki kelainan anatomi pada pembuluh darah yang berat dan atau keadaan pompa jantung yang sudah rendah.
dr. Dafsah membeberkan pasien dengan risiko tinggi ini banyak dijumpai di RSJPDHK. Berdasarkan data RSJPDHK di tahun 2018-2020, terdapat 171 pasien dengan keadaan syok-kardiogenik, namun sekitar 57,3 hingga 72,2% diantaranya mengalami kematian saat perawatan.
“Salah satu yang bisa menurunkan adalah melakukan perbaikan aliran pembuluh darah pada jantung, namun pada pasien yang dalam keadaan syok, saat tindakan itu pasti tensinya semakin rendah sehingga tindakan tidak bisa dilakukan,” katanya.
Adanya alat bantu Hemodinamik iVAC 2L mampu meningkatkan curah (performa) jantung saat tindakan revaskularisasi yang kompleks dan berisiko tinggi. Bahkan saat pasien dalam kondisi kritis.
Tim dokter akan memasang alat bantu ini di pembuluh darah bagian kaki untuk selanjutnya darah dibawa atas dan diletakkan di bilik kiri jantung, sehingga bisa menarik darah secara pusat piler. Jadi walaupun kemampuan pompa jantung menurun, bisa dibantu dengan alat ini.
“Pompa jantung yang normal dapat mengeluarkan darah 4-6 liter permenit, sedangkan kalau pompa jantungnya turun hanya bisa mengeluarkan 2-3 liter permenit. Kalau kita lakukan tindakan bisa turun lagi jadi 1 liter permenit, bisa jadi pasiennya syok dan tidak kembali, dengan alat ini bisa menambah pompa jantung untuk mengeluarkan darah 2 liter lebih banyak,” terang dr. Dafsah.
Dengan kemampuan ini, tim dokter memungkinkan melakukan tindakan revaskularisasi pada pasien syok kardiogenik dan berisiko tinggi dengan aman tanpa penurunan tekanan darah. Dengan begitu angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan.
dr. Dafsah bersama seluruh tim dokter RSJPDHK mengaku sangat bangga dan gembira dengan hadirnya alat bantu ini.
Dirinya berharap, adanya alat bantu Hemodinamik iVAC 2L ini dapat meningkatkan pelayanan jantung yang lebih mumpuni sekaligus mempersiapkan RSJPDHK menuju pelayanan jantung yang lebih advance yakni transplantasi jantung.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email kontak@kemkes.go.id (MF).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid