Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Persiapan Sejak Dini Kunci Utama Cegah Kematian Jemaah Haji

Makkah, 16 Juni 2025

Angka kematian jemaah haji menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia setiap tahunnya. Hingga hari ke-45 pelaksanaan ibadah haji 1446H/2025M, tercatat 298 orang jemaah yang telah wafat (Data Siskohatkes, cut-off pukul 16.00 WAS, 15/6).

Guna menekan angka kematian dan memastikan keselamatan jemaah, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengingatkan agar para jemaah haji mempersiapkan diri secara matang sejak awal, bahkan begitu nomor porsi didapatkan.

“Ketika seseorang sudah mendapatkan nomor porsi hajinya, secara otomatis sudah menjadi jemaah haji. Oleh karena itu, bagi para jemaah yang sudah mendapatkan nomor porsi hajinya, jauh-jauh hari sudah harus mempersiapkan diri. Lakukan gaya hidup yang sehat, rajin olahraga, makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup,” pesan Liliek Marhaendro Susilo, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes dalam Bincang Santai dengan Jemaah bertempat di Masjid Hotel 502 (15/6). 

Lebih lanjut, Liliek juga menjelaskan bahwa rangkaian panjang ibadah haji memang membutuhkan kekuatan fisik dan mental.

“Perjalanan panjang dari rumah dengan walimatul safarnya hingga ke embarkasi perlu waktu berjam-jam, bahkan harian. Belum lagi penerbangan ke Arab Saudi selama 9 jam. Bisa dikatakan ibadah haji itu sesungguhnya ibadah yang menuntut kekuatan fisik,” tuturnya.

Ia juga mengungkapkan pascapuncak haji Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina), kematian jemaah terus meningkat.

“Data kami mencatat ada belasan orang jemaah per harinya yang wafat pasca-Armuzna. Dari pengamatan kami di Bandara, banyak juga jemaah yang batal terbang kepulangannya karena kondisi kesehatan yang menurun,” ungkap Liliek.

Keprihatinan ini disebabkan oleh fenomena padatnya aktivitas jemaah haji yang diatur oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU), yang mengajak jemaah melakukan ibadah umrah sunnah berulang kali, wajib ibadah Arba’in di Masjid Nabawi Madinah, dan wisata ziarah tanpa mempertimbangkan kondisi kesehatan jemaah dan lingkungan.

“Informasi cuaca siang hari ini, suhu di Kota Makkah mencapai hingga 48 derajat Celsius. Orang Arab sendiri tidak keluar di siang hari, tetapi malam hari. Karena siang hari mereka di rumah saja. Kita yang dari daerah yang sejuk dan nyaman, kalau mau ke Masjidil Haram sebaiknya malam hari saja. Itu pun kalau kondisi kesehatannya baik-baik saja,” jelas Liliek.

Kondisi ini juga ditunjukkan oleh pasien rawat inap sementara di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Makkah yang mengalami sesak napas dan gangguan jantung akibat kelelahan beribadah umrah yang berulang.

“Itu ada pasien kami yang sesak napas, sudah melakukan umrah 5 kali padahal memiliki penyakit jantung. Dia bercerita, temannya bahkan ada yang sudah umrah 20 kali. Ya Allah,” ungkap Liliek.

Persoalan kesehatan jemaah sering kali berkaitan dengan tingginya ritme aktivitas ibadah di luar ruangan. Penting adanya dukungan dari petugas haji, KBIHU, ketua regu/rombongan/kloter, serta teman-teman dalam rombongannya untuk saling mengingatkan agar tidak memaksakan diri dalam beribadah. 

Oleh sebab itu, dengan persiapan yang matang sejak dini, beratnya rangkaian ibadah haji, insya Allah, dapat dilakukan dengan lancar hingga menjadi mabrur. Diharapkan angka kematian jemaah haji dapat ditekan seminimal mungkin.

Kesadaran dan tanggung jawab pribadi jemaah, didukung oleh fasilitas dan edukasi yang memadai, akan menjadi kunci keberhasilan bersama.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected]. (DH/D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik

Aji Muhawarman, ST, MKM