Jakarta, 30 Oktober 2022
Perhelatan G20 2nd Health Minister Meeting (HMM) secara resmi telah dibuka Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin di Bali, Kamis (27/10). Pertemuan yang berlangsung 2 hari ini diikuti 190 delegasi dari negara anggota G20 dan negara maju lainnya seperti Singapura, Uni emirates Arab, Swiss, Belanda, dan perwakilan dari beberapa negara mewakili regional seperti ASEAN, Pacific Island Forum, African Union, Caribbean Community, dan NEPAD.
Pertemuan ini juga menghadirkan organisasi internasional terkait seperti WHO, World Bank, GAVI, CEPI, Global Fund, OECD.
Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan tak luput mempromosikan keanekaragaman hayati yang sangat banyak dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satunya tanaman obat seperti kunyit, sirih, kapulaga, jahe, centella, kelor dan lainnya melalui gelaran pameran.
Bertajuk Biodiversity Tradisional Medicine Indonesia, pameran berlangsung selama kegiatan 2nd HMM hingga Jumat (28/10). Pameran ini ingin mengangkat tanaman obat Indonesia yang sudah lama digunakan sebagai obat dalam bentuk simplisia, jamu dan fitofarmaka.
Keaneka ragaman tanaman obat yang dimiliki Indonesia tentunya perlu disosialisasikan dan diangkat dalam berbagai perhelatan internasional. Harapannya, masyarakat global setidaknya negara G20 terpapar dan mengetahui berbagai manfaat tanaman obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Pameran ini mengekspos tanaman obat yang sudah dilakukan penelitian dan terbukti berkhasiat dalam pengobatan tradisional. Diikuti oleh unit terkait di Kemenkes seperti Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Direktorat Jenderal (Ditjen) Farmasi dan Alat Kesehatan yang mengangkat Bude Jamu, Ditjen Kesehatan Masyarakat, Pusat Data dan Informasi serta Digital Transformation Office (Pusdatin-DTO).
Kemudian ada Perusahaan jamu, BUMN, swasta dan UMKM yang bergerak dalam bidang pemanfaatan tanaman obat tradisional turut menyemarakkan acara ini.
Peserta pameran antara lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, PT. Sido Muncul, PT. Indofarma, PT. Biofarma dan Kimia Farma Holding Pharmacy serta Tirta Ayu Spa, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT) selain hadir dari unit Kemenkes lainnya.
Akhmad Saikhu Kepala B2P2TOOT mengungkapkan keikutsertaan lembaganya dalam pameran ini adalah untuk mengenalkan kekayaan tanaman obat pada dunia internasional termasuk manfaatnya yang diharapkan dapat dikembangkan ke arah riset khasiat tanaman obat dan pengembangan kesehatan masyarakat.
“Tanaman obat yang dipamerkan dari B2P2TOOT memiliki khasiat dan manfaat,” ungkap Akhmad Saikhu. Tanaman obat dikemas menjadi souvenir dan diberikan secara gratis kepada delegasi G20 yang hadir.
Akhmad Saikhu berharap agar negara-negara G20 tertarik dan ikut mengembangkan tanaman obat asli Indonesia. Menurutnya ada tiga kelompok tanaman obat yaitu jamu, Obat Herbal Terstandar (Scientific Based Herbal Medicine), dan Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine).
Jamu telah digunakan secara turun-menurun selama ribuan tahun dan telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Obat Herbal Terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau sari bahan alam berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses produksi sudah dengan teknologi maju.
Kelompok ini telah ada pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti adanya standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis
Kemudian Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.
dr Peristiwan Widi Astana sebagai penanggungjawab stand B2P2TOOT menyampaikan koleksi tanaman obat yang ditampilkan dikemas dalam bentuk kokedama yakni tamanan obat yang dibentuk menjadi hiasan. Ada juga simplisia yang dibuat menjadi souvenir menarik.
Salah satu tanaman obat yang dihias adalah kayu ules. Kayu ules secara empiris bermanfaat untuk antipiretik dan antioksidan.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected] (D2).
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid