Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Ini Sejarah Hari Gizi Nasional

Jakarta, 25 Januari 2019

Mempelajari sejarah gizi di Indonesia, upaya perbaikan gizi masyarakat telah dimulai sejak tahun 1950, yaitu saat Menteri Kesehatan Dokter J Leimena Bapak Gizi Indonesia mengangkat Prof. Poorwo Soedarmo sebagai kepala  Lembaga Makanan Rakyat (LMR), yang waktu itu lebih dikenal sebagai Instituut Voor Volksvoeding (IVV) yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan yang dikenal sebagai Lembaga Eijckman. Prof. Poorwo Soedarmo dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.
 
Hari Gizi Nasional (HGN) diselenggarakan untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan oleh LMR pada tanggal 25 Januari 1951. Sejak saat itu pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian disepakati bahwa tanggal 25 Januari di peringati sebagai Hari Gizi Nasional Indonesia.
 
Hari Gizi Nasional pertama kali diadakan oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada pertengahan tahun 1960-an, kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Tema besar HGN di era RPJMN 2015-2019 adalah “Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi”.
 
Peringatan HGN merupakan momentum penting dalam menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bersama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi melalui gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan, sehingga dapat turut mendorong pencapaian RPJMN bidang kesehatan.
 
Menjelang berakhirnya periode RPJMN 2015-2019, Indonesia mengalami perbaikan dalam hal prevalensi masalah gizi khususnya prevalensi gizi kurang dan stunting. Berdasarkan Riskesdas 2013-2018, meskipun prevalensinya masih tinggi dan diatas ambang batas WHO masalah Kesehatan Masyarakat, prevalensi gizi kurang dan stunting menurun berturut-turut dari 19.6% menjadi 17.7%  dan dari 37.2% menjadi 30.8%. 
 
“Namun demikian, ke depan Indonesia akan menghadapi tantangan masalah gizi lebih dan obesitas serta penyakit tidak menular yang cenderung meningkat,” ungkap Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Kirana Pritasari, MQIH, dalam laporannya pada acara workshop Peringatah Hari Gizi Nasional ke 59, di Kantor Kemenkes Jakarta (25/1).
 
Melihat perkembangan pencapaian target RPJMN untuk perbaikan gizi dan pengalaman pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat, terdapat beberapa tantangan khususnya koordinasi dan penguatan intervensi sensitif serta konvergensi dan keberlanjutan program.
 
“Hal tersebut perlu menjadi perhatian bersama berbagai pemangku kepentingan, sektor pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk melakukan perbaikan dan peningkatan upaya perbaikan gizi masyarakat yang lebih baik,” kata Kirana.
 
Menurut Kirana, intervensi spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa didukung oleh intervensi gizi sensitif yang dilakukan oleh sektor non-kesehatan, seperti peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga, Program Perlindungan Sosial untuk pengentasan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan dan PNPM, penyediaan air bersih dan sanitasi, dan program pemberdayaan perempuan.
 
“Intervensi gizi sensitif sudah terbukti mampu berkontribusi sampai 70% untuk keberhasilan perbaikan gizi masyarakat, terutama untuk penurunan angka stunting,” tegasnya.
 
Arah kebijakan pembangunan Kesehatan ke depan akan lebih dititikberatkan pada upaya preventif dan promotif melalui program Indonesia Sehat yang difokuskan pada 4 program prioritas yaitu, percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi, perbaikan gizi khususnya stunting, penurunan prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular, diimplementasikan melalui pendekatan keluarga dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sebagai strategi untuk perubahan perilaku keluarga dan masyarakat khususnya dalam pengenalan diri terhadap risiko penyakit.
 
Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan terintegrasi Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang didasari oleh data dan informasi profil kesehatan keluarga melalui kunjungan rumah. Pendekatan keluarga mengintegrasikan pelayanan UKP & UKM secara berkesinambungan dengan target keluarga diharapkan dapat meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif. Dengan pendekatan keluarga tersebut setiap keluarga dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan kesehatan dalam keluarga.
 
Program Indonesia Sehat  dengan pendekatan keluarga didukung oleh upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat sesuai Inpres nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) antara lain: 1) melakukan aktivitas fisik,  2) mengonsumsi sayur, buah dan ikan, 3) memeriksa kesehatan secara rutin, 4). Tidak merokok; 5). Tidak mengonsumsi alkohol; 6). Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);  7). Membersihkan lingkungan.
 
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan ini, berbagai tantangan khususnya koordinasi dan penguatan intervensi sensitif serta konvergensi dan keberlanjutan program masih perlu menjadi perhatian bersama oleh berbagai pemangku kepentingan, sektor pemerintah, swasta maupun masyarakat.
 
“Melalui momentum HGN ini diharapkan para Pemangku Kepentingan termasuk masyarakat dan unsur pemerintah memiliki komitmen yang tinggi untuk ikut berperan serta dalam bekerja bersama dalam meningkatkan perbaikan gizi dan derajat kesehatan masyarakat kita,” kata Kirana.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (gi)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

drg. Widyawati, MKM