Lombok, 1 Oktober 2024
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof. Dante Saksono Harbuwono menekankan pentingnya integrasi dan kolaborasi antara National Command Center (NCC), Province Command Center (PCC), dan Public Safety Center 119 (PSC 119) untuk penanggulangan kegawatdaruratan terpadu. Hal ini sesuai dengan pilar ketiga transformasi kesehatan mengenai sistem ketahanan kesehatan.
“Salah satu langkah nyata adalah memperkuat sistem penanggulangan kegawatdaruratan terpadu melalui penguatan NCC, PCC, dan PSC 119 yang terintegrasi di seluruh kabupaten/kota di Indonesia,” ujar Wamenkes Prof. Dante saat membuka secara daring acara Launching Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu melalui NCC, PCC, dan PSC 119 yang berlangsung di Kota Mataram, NTB, Selasa (1/10).
Pentingnya kolaborasi dan integrasi ini mengingat bahwa Januari hingga Agustus 2024 mencatat 16.670 kasus trauma dan 23.244 kasus non-trauma di Indonesia. Kolaborasi dalam penanganan kegawatdaruratan, terutama di pra-fasilitas kesehatan, melibatkan layanan call center darurat, sistem komunikasi, tim medis responsif, ambulans, pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan kapasitas tim.
Saat ini, terdapat 367 PSC di Indonesia, dengan 89 PSC sudah terintegrasi dan 278 PSC dalam proses integrasi.
Untuk mempercepat integrasi tersebut, Wamenkes Prof. Dante menyatakan bahwa perlu ada standar layanan SDM, infrastruktur, serta sistem pelaporan yang memadai sebagai pedoman operasional PSC.
“Oleh karena itu, hari ini kita meluncurkan sistem informasi NCC, PCC, dan PSC 119 yang terintegrasi dengan sistem kesehatan nasional untuk memperkuat sistem kesehatan di Indonesia,” ujar Wamenkes Prof. Dante.
Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kunta Wibawa Dasa Nugraha juga menegaskan pentingnya integrasi dan standardisasi sistem pelaporan pada sistem informasi penanggulangan gawat darurat terpadu, baik di NCC, PCC, maupun PSC 119.
“Meskipun nanti ada beberapa layer (lapisan), tetapi yang penting adalah standardisasi. Sehingga dari sisi laporan, dan dari sisi koordinasi itu bisa berjalan,” tutur Sekjen Kunta.
Selain integrasi sistem, Sekjen Kunta juga menekankan kepada sekitar 400 petugas PSC 119 yang hadir mengenai pentingnya peningkatan kapasitas dan kompetensi teknis tenaga medis tim PSC 119. Menurutnya, pelatihan harus terus dilakukan agar standardisasi layanan bisa tercapai.
“Melalui peningkatan kapasitas dengan coaching clinic ini, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi teknis medis dalam memberikan layanan kegawatdaruratan sehari-hari dan bencana karena bencana masih menjadi concern kita bersama,” jelas Sekjen Kunta.
Sekjen Kunta menegaskan, baik integrasi sistem maupun coaching clinic bertujuan menciptakan sistem kegawatdaruratan yang terpadu, efisien, dan efektif.
Menurut Sekjen Kunta, peningkatan layanan kegawatdaruratan ini sangat penting dan patut mendapat perhatian karena kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi menyampaikan terima kasih atas terpilihnya NTB sebagai tuan rumah Launching Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu. Menurut Sekda Lalu Gita, ada tiga alasan mengapa NTB layak menjadi tempat peluncuran. Pertama, keberadaan Sirkuit Mandalika Lombok yang menjadi sorotan dunia dan membutuhkan penanganan kegawatdaruratan yang ketat. Kedua, NTB merupakan destinasi sport tourism. Ketiga, NTB berada di ring of fire yang memiliki potensi besar terhadap bencana alam.
“NTB ini berada di ring of fire. Sebelas dari empat belas potensi ancaman kedaruratan bencana, kami miliki, baik yang bersifat vulkanik seperti gunung berapi maupun hidrometeorologi seperti angin puting beliung, tanah longsor, dan lainnya,” ujar Sekda Lalu Gita.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email [email protected]. (RR)
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid