Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Pendampingan Penuh Empati Cegah Risiko Masalah Kesehatan Jiwa pada Jemaah Haji

77

Jeddah, 11 Juni 2025

Ibadah haji adalah puncak spiritual bagi jutaan umat Muslim. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan lingkungan yang drastis serta tekanan fisik dan mental dari berbagai rangkaian ibadah, disertai perpisahan sementara dan/atau tanpa pendampingan keluarga, dapat menjadi faktor risiko permasalahan kesehatan jiwa pada jemaah.

“Sebanyak 82,05% jemaah tergolong berisiko tinggi, dan lebih dari 50% merupakan jemaah lansia. Banyak dari mereka yang memiliki kerentanan sebelumnya mengalami kesulitan beradaptasi. Situasi di sini memang sangat penuh tekanan, terutama bagi jemaah yang kelelahan setelah menyelesaikan puncak haji,” ungkap dr. Kusufia Mirantri, Sp.KJ, Spesialis Jiwa di KKHI Madinah.

Lebih lanjut, ia membeberkan bahwa stres, gangguan penyesuaian, atau kondisi demensia ringan yang sudah diidap sejak di Indonesia dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, mulai dari gangguan tidur, kecemasan berlebih, hingga gejala psikosomatis. Tekanan situasi yang terjadi juga dapat mendorong kekambuhan pada jemaah pengidap Alzheimer yang sudah rutin mengonsumsi obat.

Perjalanan sakral ini bisa menjadi tantangan yang unik. Di sinilah peran pendamping, selain keluarga, baik itu ketua regu, ketua rombongan, atau teman sekamar, menjadi krusial. Mereka membutuhkan kapasitas dukungan personal yang tidak hanya cermat, tetapi juga penuh kesabaran.

Permasalahan kesehatan jiwa yang dialami jemaah merupakan bentuk umum dari gangguan kognitif dan kecemasan, yang memengaruhi memori, pemikiran, dan perilaku. Dalam lingkungan yang asing, padat, dan sering kali membingungkan seperti saat berhaji, gejala-gejala ini dapat memburuk secara signifikan.

Jemaah bisa mengalami disorientasi, kebingungan, bahkan agitasi, membuat mereka rentan tersesat atau mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah. Oleh karena itu, kehadiran pendamping yang sigap dan empatis menjadi tulang punggung keselamatan serta kenyamanan mereka.

Menurut dr. Kusufia, mendampingi jemaah dengan masalah kejiwaan saat haji bukan hanya tentang membantu secara fisik, seperti menuntun jalan atau mengingatkan jadwal minum obat. Ini menyentuh aspek dukungan emosional dan psikologis yang mendalam.

Ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan oleh para pendamping jemaah dengan masalah kesehatan jiwa, di antaranya:
1. Kesabaran adalah kunci utama
Jemaah mungkin akan mengulang pertanyaan yang sama, menjadi bingung, atau menunjukkan perubahan suasana hati. Respons yang tergesa-gesa atau penuh frustrasi hanya akan memperburuk situasi.

2. Berkomunikasi dengan empati
Pendamping harus memiliki kesabaran tanpa batas, siap mengulang penjelasan, menenangkan, dan memahami bahwa perilaku tersebut adalah bagian dari penyakit, bukan kesengajaan.

3. Gunakan bahasa yang mudah dipahami
Berbicara dengan kalimat pendek dan nada suara yang lembut. Jaga kontak mata dan berikan sentuhan untuk memberikan rasa aman. Hindari pertanyaan seperti ‘ingat siapa saya?’ atau ‘apa yang kamu lakukan?’ karena dapat memicu rasa malu atau frustrasi. Lebih baik gunakan pernyataan langsung dan dukungan, seperti ‘saya di sini untuk membantu anda,’

4. Ciptakan rutinitas dan pastikan selalu dalam pengawasan
Usahakan menjaga rutinitas harian yang konsisten untuk makan, minum obat, dan waktu ibadah. Pastikan jemaah selalu dalam pengawasan di tempat ramai. Gunakan gelang identifikasi dengan informasi kontak pendamping secara jelas. Membawa barang-barang pribadi yang familiar (misalnya, tasbih atau foto keluarga) juga dapat memberikan rasa nyaman dan orientasi.

5. Tunjukkan perilaku yang lembut
Jika jemaah menunjukkan agitasi atau kebingungan, alihkan perhatian mereka dengan lembut ke hal lain yang menyenangkan, seperti bercerita atau mendengarkan selawat. Hindari konfrontasi atau perdebatan. Ingat bahwa perilaku tersebut sering kali merupakan ekspresi dari kebutuhan yang tidak terpenuhi atau rasa takut.

6. Berikan perhatian pada kebutuhan fisik
Pastikan asupan cairan dan nutrisi tercukupi untuk mencegah dehidrasi atau malnutrisi, yang dapat memperparah gejala. Bantu jemaah menjaga kebersihan diri dan pastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup di tengah jadwal yang padat. Selalu siapkan dan berikan obat-obatan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Meskipun peran pendamping sangat krusial, penting juga untuk mengetahui kapan harus mencari bantuan profesional. Pendamping harus mampu mengenali tanda-tanda bahaya yang memerlukan intervensi medis segera dan tidak ragu untuk berkomunikasi dengan petugas kesehatan haji.

Mereka juga perlu menjaga kesehatan diri sendiri, dengan cukup istirahat, menjaga asupan makanan dan minuman, serta tidak segan meminta bantuan dari anggota kelompok lain jika merasa kewalahan.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected]. (DH/D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik

Aji Muhawarman, ST, MKM

Previous Article
TBC Sebabkan Dua Kematian Setiap Lima Menit, Menkes Serukan Aksi Nasional
Next Article
Ditemukan Banyak Kasus Hipertensi, Diabetes dan Masalah Gigi Saat Cek Kesehatan Gratis

MINISTRY OF HEALTH RELEASE


KALENDER KEGIATAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Jakarta Selatan 12950
Indonesia

Ikuti Kami:

© 2025